Reksadana Pasar Uang : Alternatif Investasi Pasar Modal Dengan Risiko Rendah

Tren investasi pasar modal semakin melonjak dalam dua tahun terakhir. Salah satu produk investasi yang dilirik banyak investor pemula adalah reksadana pasar uang (RDPU).

Sejatinya, reksa dana memiliki banyak jenis. Setiap jenis reksa dana memiliki tingkat keuntungan dan risiko yang beragam. Reksadana pasar uang salah satu jenis yang memiliki risiko rendah.

Sebenarnya, apa dan bagaimana reksadana pasar uang itu?

Baca Juga: Tertarik Investasi Reksa Dana? Pahami Dulu Pengertian Nilai Aktiva Bersih

Pengertian Reksadana Pasar Uang

Reksadana Pasar Uang adalah produk reksa dana yang memiliki portofolio investasi dimana berisikan 100% instrumen pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia hingga obligasi yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun terakhir.

Menurut Investopedia, reksa dana pasar uang adalah jenis reksa dana yang berinvestasi pada instrumen jangka pendek yang sangat likuid. Reksadana pasar uang untuk menawarkan likuiditas tinggi kepada investor dengan tingkat risiko yang sangat rendah. 

Profil risiko yang cocok untuk berinvestasi pada reksadana pasar uang adalah tipe konservatif. Cocok bagi orang yang tidak berani mengambil risiko akan volatilitas instrumen investasi.

Manfaat dan Risiko Reksadana Pasar Uang

Dalam berinvestasi, selalu terdapat manfaat dan risiko yang datang bersamaan. Apa saja manfaat dan risiko yang harus dipahami?

Manfaat Investasi:

1. Salah satu jenis reksa dana yang dengan minimal investasi terjangkau, bisa dimulai dengan Rp50.000 bahkan beberapa Manajer Investasi menawarkan minimal Rp10.000

2. Berinvestasi pada reksa dana berarti mempercayakan uang yang dimiliki untuk dikelola secara profesional oleh manajer investasi yang memiliki keahlian dan pengalaman

3. Praktis dan ringkas, investor yang membeli reksa dana tidak perlu melakukan analisis investasi yang begitu rumit

4. Likuid dan dapat dicairkan sewaktu-waktu pada hari bursa. Berbeda dengan jenis reksa dana lainnya

5. Jika terjadi penurunan yang dalam pada pasar saham maka RDPU tidak terkena efek penurunan nilai investasi yang dalam.

Risiko Investasi:

1. Risiko penurunan nilai investasi. Risiko ini didapatkan oleh investor akibat banyak hal seperti perubahan tingkat suku bunga yang mengakibatkan fluktuasi pengembalian instrumen pasar uang, wanprestasi dari bank atau penerbit surat berharga,serta force majeure

2. Risiko ekonomi dan politik. Kondisi perekonomian dan kebijakan politik di Indonesia dapat memberikan banyak perubahan investasi reksa dana.

3. Risiko pembubaran dan likuidasi. Risiko ini didapatkan ketika suatu produk investasi harus dibubarkan oleh Manajer Investasi.

4. Diantara jenis reksa dana lainnya, jenis RDPU ini memiliki tingkat risiko rendah dikarenakan portofolio investasinya berisikan produk-produk keuangan yang dengan risiko rendah pula seperti deposito

Daftar 5 Produk Reksadana Pasar Uang Terbesar (Update Agustus 2021)

Terdapat banyak produk reksa dana yang memiliki berbagai macam besaran dana kelolaan. Berikut 5 nama produk reksadana pasar uang yang terbesar dari sisi dana kelolaan.

1. Mandiri Investa Pasar Uang

Produk kelolaan Mandiri Manajemen Investasi memiliki dana kelolaan terbesar senilai Rp15,45 triliun. Hingga saat ini masih memiliki dana kelolaan terbesar dalam beberapa waktu terakhir.

2. Batavia Dana Kas Maxima

Produk kelolaan Batavia Prosperindo Aset Manajemen ini mengelola dana sebesar Rp6,90 triliun.

3. Sucorinvest Money Market Fund

Produk kelolaan Sucorinvest Asset Management ini dengan dana kelolaan sebesari Rp6,59 triliun

4. Bahana Dana Likuid

Produk kelolaan Bahana TCW Investment Management ini dengan dana kelolaan sebesar Rp6,19 triliun.

5 . Manulife Dana Kas II Kelas A

Produk kelolaan Manulife Asset Manajemen Indonesia dengan dana kelolaan sebesar Rp4,5 triliun

Asset Under Management (AUM) / jumlah dana kelolaan menjadi penting bagi investor karena ada dua alasan yang mendasarinya. investor melihat transparansi atas kinerja manajer investasi yang sebenarnya dari waktu ke waktu. 

Dana kelolaan yang semakin besar akan menunjukkan bahwa produk reksa dana tersebut disukai atas kinerja dan kepercayaan masyarakat semakin baik. Besaran dana kelolaan dapat menjadi salah satu faktor dalam memilih produk reksa dana.

Simulasi Investasi

Pada tanggal 15 November 2021, Diestra menginvestasikan uang sebesar Rp 10 Juta ke produk Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang dengan NAB Rp 1.576.

Maka diestra akan mendapatkan unit sebesar 6.345 hasil dari pembagian Rp 10 Juta dengan nilai NAB.

Pada tanggal 15 Maret 2022 kinerja investasi reksa dana meningkat sehingga menjadi NAB Rp 1600.

Sehingga, diestra yang memiliki unit sebesar 6.345 dikali dengan nilai NAB terkini yaitu Rp 1.600 maka hasil investasi Diestra yang awal Rp 10 juta menjadi Rp 10.152.000

Diestra mendapatkan keuntungan sebesar Rp 152rb (hasil investasi akhir kurangi investasi awal)

Kalau kamu mau update berita tentang keuangan seperti harga emas, investasi atau lainnya bisa buka website sakumas.com 

Posted in Reksa Dana | Leave a comment

Data Inflasi AS, Penyebab Kenaikan Harga Emas Dunia

Emas merupakan salah satu aset investasi yang banyak digemari dan terkenal sejak dahulu oleh masyarakat Indonesia. Harga emas selalu naik turun setiap harinya yang dimana penyebab kenaikan harga emas dunia kali ini adalah data inflasi.

Inflasi menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah keadaan perekonomian negara di mana ada kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu panjang. Singkatnya kebutuhan barang-barang pokok mengalami kenaikan.

Lalu, kenapa data inflasi Amerika Serikat (AS) dapat membuat harga emas dunia naik?

Baca Juga: Cara Menabung Masa Kini di Tabungan Emas Online

Kenaikan Harga Emas Dunia

Sumber: www.tradingview.com

Grafik diatas dapat menunjukkan kondisi harga emas dunia yang kembali mengalami kenaikan cukup tinggi dan telah menyentuh US$ 1.864/troy ons. Padahal sebelumnya selama 4,5 bulan harga emas dunia mengalami sideways.

Selama seminggu harga emas dunia sudah berhasil naik hingga 5%. Ini menandakan bahwa harga emas dunia menjadi alternatif investasi para investor dengan kondisi saat ini.

Sebelumnya, harga emas dunia telah naik akibat negara AS yang mengumumkan akan melakukan tapering pada akhir tahun ini. 

Lalu kekuatan kenaikan harga emas dunia ditambah akibat data inflasi AS.

Data Inflasi AS

Sumber: id.tradingeconomics.com

Bulan Oktober, data inflasi AS menunjukan kenaikan yang tinggi. Kondisi ini tentu saja membuat para investor segera mengalihkan aset risiko ke aset yang minim resiko seperti emas.

Akibatnya, permintaan harga emas dunia naik dalam waktu singkat membuat harga emas dunia kembali menguat. Menyimpan emas akan membantu menopang daya beli ketika inflasi tinggi, karena harga emas masih memiliki potensi naik.

Secara teknikal, harga emas dunia bergerak menuju US$ 1.900/troy ons. Kondisi inflasi yang tinggi ini tidak dapat langsung hilang dalam sekejap. Namun, harga emas mungkin akan terkoreksi karena dalam tujuh hari terus mengalami kenaikan.

Perlu diingat bahwa harga emas dunia akan mengalami kenaikan dan penurunan setiap harinya. Masih terdapat banyak rintangan sebelum emas akan kembali ke rekor sepanjang mas / All Time High yang sempat berada pada US$ 2.073/troy ons. 

Dua data yang wajib diperhatikan oleh investor terkait harga emas dunia adalah yang pertama data penjualan ritel dan kedua laporan produksi industri. 

Apakah kira-kira penyebab kenaikan harga emas dunia ini dapat kembali di harga tertingginya? Mari kita saksikan kondisi gold market kedepannya.

Posted in Edukasi | Leave a comment

Pengertian Indikator Moving Average dalam Analisis Saham

Pengertian indikator moving average wajib dipahami oleh semua investor dan trader dalam menganalisis saham yang akan di beli atau di jual. Salah satu indikator yang umum digunakan oleh para investor dan trader dalam melakukan analisis teknikal yaitu dengan menggunakan Moving Average.

Hal ini dikarenakan indikator Moving Average memiliki kelebihan dapat menggambarkan rata-rata harga saham sesuai periode waktu yang ditentukan.

Untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan analisis teknikal, berikut pengertian indikator Moving Average, jenis, cara penggunaan dan contohnya pada saham.

Baca Juga: Simak Perbedaan Investasi dan Trading Saham Biar Kamu Tidak Keliru!

Pengertian Indikator Moving Average

Indikator Moving Average merupakan suatu indikator yang menghitung harga rata-rata suatu saham pada periode waktu tertentu yang kemudian menghubungkannya pada sebuah garis. 

Dalam indikator ini, periode waktu rata-rata harga saham dapat disesuaikan dengan kebutuhan investor atau trader seperti periode 5 (1 minggu), 20 (1 bulan), dan 60 (3 bulan). Nilai rata-rata harga saham pada Moving Average juga dapat berasal dari harga pembukaan (open), penutupan (close), tertinggi (high), terendah (low) dan pertengahan (median).

Sebagai indikator yang umum digunakan oleh Trader dan Investor, Indikator Moving Average memiliki kelebihan, diantaranya yaitu : 

  1. Moving Average merupakan indikator yang sangat mudah dipahami dan digunakan dalam perhitungan forecast (ramalan).
  2.  Hasil forecast atau peramalan dalam Moving Average cenderung lebih stabil

Meskipun memiliki beberapa kelebihan, namun indikator moving average juga memiliki kelemahan yaitu :

  1. Moving Average cenderung kurang akurat untuk merefleksikan tren data terbaru
  2. Moving Average lambat dalam merespon perubahan data yang sering terjadi di pasar.

Pada umumnya, Moving Average digunakan oleh trader dan investor karena memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi tren nilai saham. Apabila harga saham saat ini berada dibawah area garis Moving Average, maka tren harga saat ini cenderung turun atau bearish.

Namun, apabila harga sebuah saham saat ini berada diatas area garis Moving Average, maka hal ini menunjukan kondisi tren yang naik atau bullish.

Selain itu, Moving Average juga dapat berfungsi untuk menentukan kapan pembalikan tren akan terjadi. Untuk menganalisis hal ini, para trader atau investor biasanya menggunakan garis MA20 dan MA50 untuk menentukan golden cross serta death crossnya.

Jenis-Jenis Indikator Moving Average

Terdapat beberapa jenis indikator moving average yang wajib kamu pahami:

1. Simple Moving Average

Simple Moving Average (SMA) dihitung dengan menjumlahkan nilai harga rata-rata pada suatu periode waktu tertentu. SMA dapat dirumuskan dengan :

SMA = jumlah harga selama periode tertentu / periode waktu 

Untuk memberikan gambaran yang lebih mudah, berikut merupakan contoh soal perhitungan dalam SMA. 

Diketahui harga penutupan harian 21,22,19,16,15,17,18, apabila trader atau investor ingin menentukan perhitungan Moving Average dengan periode waktu 5, maka perhitungannya :

SMA5 day 1 : (21+22+19+16+15) / 5 = 18,6

SMA5 day 2 : (22+19+16+15+17) / 5 = 17,8

SMA5 day 3 : (19+16+15+17+18) / 5 = 17

Dengan begitu, diketahui harga rata-rata dari SMA5 day 1, 2, dan 3 yaitu 18.6, 17.8 dan 17. 

Simple Moving Average merupakan jenis Moving Average paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh trader maupun investor, khususnya pada SMA200 yang biasa digunakan oleh institusi dan bank-bank besar untuk menjadi acuan tren jangka panjang.

2. Exponential Moving Average

Exponential Moving Average dihitung dengan menghitung SMA terlebih dahulu untuk satu periode kemudian menghitung multiplier atau pengali dan terakhir adalah dengan menghitung menggunakan rumus :

EMA = (Harga Penutupan – EMA Periode Waktu Sebelumnya) x Multiplier / EMA Periode Waktu Sebelumnya.

EMA cenderung memiliki sensitifitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan SMA, sehingga lebih responsif. 

Untuk lebih memahami bagaimana penggunaan EMA dalam melakukan analisis teknikal, akan dijelaskan melalui cara penggunaan dan contoh pada saham berikut ini.

Cara Penggunaan Indikator Moving Average Pada Saham

Gambar diatas merupakan bentuk pengaplikasian indikator Moving Average dalam melakukan analisis pada pergerakan harga saham perusahaan Bukit Asam Tbk (PTBA).

Dalam gambar, dapat diketahui terdapat dua garis yaitu hijau dan merah serta empat lingkaran dengan warna berbeda yaitu merah, biru, kuning dan putih.

Garis berwarna merah menunjukan indikator MA20 yang berarti rata-rata pergerakan harga penutupan selama satu bulan. Sedangkan pada garis berwarna hijau menunjukan indikator MA50 yang berarti rata-rata pergerakan harga selama tiga bulan.

Dengan menggunakan indikator MA20 dan MA50, kita dapat mengetahui bagaimana tren pergerakan harga saham PTBA dan kapan pembalikan tren terjadi.

Lingkaran merah merupakan sinyal death cross yang dimana terlihat melalui pemotongan garis MA20 dengan MA50 kebawah. Sinyal deathcross menunjukan pembalikan tren dari fase bullish/naik menjadi bearish/turun. 

Sedangkan pada lingkaran biru menunjukan kondisi tren bearish/turun karena terlihat bahwa harga saham PTBA berada dibawah area MA20 dan MA50.

Kemudian, untuk lingkaran berwarna kuning merupakan sinyal golden cross dimana MA20 memotong MA50 keatas. Sinyal ini menunjukan pembalikan tren dari fase bearish/turun menjadi bullish/naik. Para trader dan investor biasanya menggunakan sinyal golden cross untuk melakukan aksi buy/beli.

Terakhir, lingkaran berwarna putih merupakan gambaran tren bullish/naik karena posisi harga saham PTBA berada diatas area MA20 dan MA50. Trader atau Investor biasanya akan mengamati kira-kira kapan waktu perpotongan MA20 dan MA50 (death cross) akan terjadi kembali untuk taking profit. 
Berikut merupakan pengertian Moving Average, jenis, cara penggunaan dan contohnya. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman dalam dunia trading dan investing. Terima kasih!

Posted in Saham | Tagged | Leave a comment

Mengenal Analisis Fundamental Saham – Pengertian, Jenis dan Contohnya

Analisis fundamental saham merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisa saham perusahaan adalah dengan menggunakan analisis fundamental saham. Analisis ini umumnya digunakan oleh para investor jangka panjang dengan melihat bagaimana pertumbuhan dan prospek bisnis kedepannya.

Dengan menggunakan analisis fundamental, seorang investor akan menganalisis bagaimana kondisi ekonomi makro, industri dan perusahaan sehingga dapat memutuskan kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi dan pada perusahaan apa.

Berikut merupakan pengertian analisis fundamental, jenis dan contohnya

Baca Juga: Pengertian Saham: Definisi, Jenis Serta Keuntungan dan Kerugian

Pengertian Analisis Fundamental Saham

Pengertian analisis fundamental saham merupakan analisis yang melihat kondisi ekonomi global, kondisi ekonomi makro suatu negara, kondisi industri dan perusahaan dengan melihat beberapa indikator tertentu.

Menurut investopedia analisis fundamental saham adalah metode untuk mengukur nilai intrinsik saham dengan memeriksa faktor ekonomi dan faktor keuangan perusahaan. Analis fundamental mempelajari apa saja yang dapat mempengaruhi nilai saham, mulai dari faktor ekonomi makro seperti keadaan ekonomi dan kondisi industri hingga faktor ekonomi mikro seperti efektivitas manajemen perusahaan.

Dalam melakukan analisis fundamental, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan yaitu melalui Top Down Analysis atau Bottom Up Analysis

Secara sederhana, Top Down Analysis adalah analisis yang dilakukan dengan melihat kondisi makro ekonomi secara keseluruhan kemudian melihat bagaimana kondisi industri yang pada akhirnya menganalisis kondisi perusahaan dengan melihat beberapa indikator tertentu.

Sedangkan untuk Bottom Up Analysis, analisis dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan terlebih dahulu kemudian melihat bagaimana kondisi industri dan ekonomi makro.

Dalam melakukan analisis fundamental, terdapat beberapa jenis atau indikator yang perlu diperhatikan, beberapa indikator tersebut seperti makro ekonomi, industri dan perusahaan.

Jenis Analisis Fundamental

Terdapat beberapa jenis atau indikator yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis fundamental, beberapa indikator tersebut yaitu : 

1. Analisis Makro Ekonomi Negara

Dalam melakukan analisis fundamental, penting untuk mengetahui bagaimana kondisi makro ekonomi suatu negara. Hal ini mengingat pergerakan pasar saham juga dipengaruhi oleh sentimen dari kondisi makro ekonomi.

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan dalam melakukan analisis makro ekonomi suatu negara seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan exchange rate atau nilai tukar.

Dengan memiliki kemampuan analisis makro ekonomi yang baik, seorang investor akan mampu memutuskan kapan waktu yang tepat bagi mereka dalam berinvestasi

2. Analisis Industri 

Setelah seorang investor melakukan analisis makro ekonomi, pada tahap selanjutnya investor harus mampu menentukan mana industri yang tepat yang akan dipilih sebelum berinvestasi pada perusahaan.

Hal ini dikarenakan dalam kondisi makro ekonomi tertentu, terdapat industri yang mengalami pertumbuhan dan perlambatan.

Contohnya seperti ketika kondisi pandemi saat ini, terdapat beberapa industri yang terpukul seperti pariwisata dan Fast Moving Consumer Goods (FMCG)

Namun, terdapat juga beberapa industri yang malah bertumbuh ditengah pandemi seperti industri kesehatan dan teknologi.

Oleh karena itu, setelah seorang investor melakukan analisis kondisi makro ekonomi perusahaan, penting bagi investor untuk dapat memahami bagaimana kondisi industri sebelum akhirnya memilih perusahaan mana yang akan diinvestasikan.

3. Analisis Perusahaan

Apabila seorang investor sudah menemukan industri yang tepat untuk melakukan investasi, pada tahapan selanjutnya investor memilih mana perusahaan yang paling baik dan memiliki prospek cerah kedepannya.

Untuk menilai sebuah perusahaan baik atau tidak, terdapat beberapa indikator yang perlu diperhatikan.

Beberapa indikator tersebut dapat ditinjau dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Apabila dari segi kualitatif, seorang investor cenderung melihat bagaimana prospek bisnis kedepannya, bagaimana manajemennya melalui laporan tahunan yang tersedia dalam website BEI.

Sedangkan apabila ditinjau dari sisi kuantitatif, seorang investor biasanya melihat bagaimana pertumbuhan laba, rasio hutang terhadap modal dan arus kas nya. 

Terdapat beberapa rasio yang umum digunakan oleh para investor dalam melakukan analisis keuangan perusahaan seperti Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity dan Price to Earning Ratio

Melalui analisis perusahaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, pada akhirnya investor dapat mengetahui bagaimana valuasi perusahaan dan prospek perusahaan kedepannya sehingga dapat menentukan apakah perusahaan tersebut layak diinvestasikan atau tidak.

Contoh Analisis Fundamental

Berikut merupakan contoh pengaplikasian analisis fundamental.

Melalui Top Down Analysis, seorang investor melihat beberapa indikator makro ekonomi terlebih dahulu.

Apabila diambil contoh pada kuartal II 2021, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 7,07%, nilai ini tentu jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kuartal II pada tahun sebelumnya karena adanya kebijakan PSBB.

Data ini menunjukan bahwa perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit dari pandemi sehingga meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi. Namun, penting diperhatikan bahwa investor harus tetap hati-hati karena pandemi masih belum usai.

Apabila investor telah melakukan analisis makro ekonomi, pada tahap selanjutnya tentu investor harus menentukan mana industri yang tepat untuk berinvestasi.

Apabila diambil contoh pada rentang Agustus-September 2021, beberapa industri khususnya yang bergerak pada sektor komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit terus mengalami kenaikan harga produknya.

Dapat dilihat dari grafik harga batu bara diatas mengalami kenaikan yang signifikan bahkan sudah dapat mencapai harga rekor terbaru sepanjang masa (All Time High).

Hal ini disebabkan karena adanya krisis yang terjadi di beberapa negara di Eropa, kenaikan harga batu bara acuan sebagai contohnya tentu juga akan menggerakkan harga saham perusahaan batu bara.

Kemudian, setelah investor mengetahui mana industri yang tepat, selanjutnya investor harus menentukan mana perusahaan yang tepat untuk diinvestasikan. Apabila diambil contoh kasus industri batu bara, investor harus melihat beberapa perusahaan batu bara dan membandingkan bagaimana manajemen, kondisi keuangan dan prospek bisnis kedepannya.

Sekian penjelasan terkait dengan pengertian analisis fundamental saham, jenis dan contohnya. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian 😀

Posted in Saham | 1 Comment

Mengenal Analisis Teknikal Saham – Pengertian, Indikator dan Contohnya

Mengenal analisis teknikal yang umumnya digunakan oleh para trader untuk melihat bagaimana tren dan pergerakan harga. Dengan menggunakan analisis teknikal, para trader dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual saham.

Dalam melakukan analisis teknikal, seorang trader biasanya menggunakan chart/grafik dan data harga historis untuk memprediksi pergerakan harga sebuah saham selanjutnya. 

Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk menentukan titik entry dan exit para trader seperti MACD, Moving Average dan Stochastic. Untuk lebih memahami apa itu analisis teknikal, jenis atau indikator yang digunakan serta contohnya, penulis akan menjelaskan sebagai berikut

Baca Juga: Mengenal Analisis Fundamental Saham – Pengertian, Jenis dan Contohnya

Pengertian Analisis Teknikal Saham

Secara sederhana, analisis teknikal saham adalah teknik analisis yang menggunakan data-data dalam bentuk grafik dan pola untuk menganalisa dan memprediksi pergerakan harga sebuah saham. 

Menurut Investopedia analisis teknikal saham adalah analisis tentang sejarah data dalam perdagangan termasuk harga dan volume yang terjadi pada pasar. Menggunakan wawasan dari psikologi pasar, ekonomi perilaku, dan analisis kuantitatif, analis teknikal saham bertujuan untuk menggunakan kinerja masa lalu memprediksi perilaku pasar di masa depan.

Dalam melakukan analisis teknikal, seorang trader tentu memerlukan data-data pendukung seperti data historis harga saham dan volume transaksi harian.

Terdapat beberapa hal mendasar yang perlu dipahami oleh seorang trader dalam melakukan analisa teknikal seperti chart/grafik pergerakan harga saham, trend atau kecenderungan pergerakan harga saham, support & resistance serta indicators.

Apabila seorang trader sudah memiliki pemahaman yang baik dalam melakukan analisis teknikal, tentu trader akan semakin mudah dalam mendapatkan keuntungan saat melakukan trading di pasar saham.

Jenis Analisis Teknikal

Terdapat beberapa indikator yang umum digunakan dalam melakukan analisis teknikal. Beberapa indikator tersebut yaitu :

1. Moving Average 

Moving Average adalah indikator yang digunakan untuk menganalisis pergerakan harga rata-rata sebuah saham saat penutupan perdagangan dengan hitungan beberapa periode sebelumnya.

Sumber: www.tradingview.com

Seperti contoh diatas, indikator moving average (MA5) yang ditunjukkan dengan garis biru dapat memberikan informasi bagi para investor maupun trader. Informasi tersebut dapat memberikan sebuah keputusan investasi kedepannya.

Dalam bentuk sederhananya, apabila seorang trader memutuskan menggunakan MA5, indikator akan menunjukan rata-rata pergerakan harga saham dalam rentang lima hari.

Sebagai contoh, apabila terdapat PT AAA dengan data harga penutupan perdagangan yaitu 200, 201, 205, 405, 350, 275, 265, 100, 140, 205. 

Maka dapat ditemukan bahwa untuk MA5 pertama akan mendapatkan nilai (200+201+205+405+350) : 5 = 272,2

Sedangkan pada MA5 kedua akan mendapatkan nilai (275+265+100+140+205) : 5 = 197

Seorang trader pada umumnya tidak menghitung Moving Average secara manual, karena biasanya sudah dibantu oleh tools/aplikasi yang mereka gunakan.

Hal yang perlu diperhatikan oleh trader saat memelajari Moving Average adalah dengan memahami grafik pergerakan moving average yang tersedia untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual saham.

2. Stochastic

Stochastic adalah indikator yang digunakan untuk menunjukan harga penutupan terakhir dengan menghitung selisih harga tertinggi dengan terendah pada suatu periode tertentu.

Sumber: www.tradingview.com

Dalam bentuk yang lebih sederhana, pada intinya stochastic merupakan indikator saham yang memberikan sinyal jual dan sinyal beli melalui dua garis yang saling berpotongan.

Manfaat menggunakan indikator stochastic dalam melakukan analisis teknikal saham yaitu indikator ini dapat memberikan petunjuk tentang kondisi overbought, oversold dan entry trading.

Overbought sendiri merupakan sebuah kondisi dimana harga sebuah saham dinilai sudah terlalu tinggi sehingga menyebabkan potensi terjadinya penurunan harga atau koreksi. Dalam stochastic, level overbought biasanya ditetapkan di atas angka 80.

Sedangkan oversold sendiri merupakan kondisi dimana harga saham dinilai sudah terlalu rendah karena pergerakan harga yang terus koreksi. Kondisi ini biasanya dijadikan oleh para trader untuk melakukan buy namun dengan tetap mempertimbangkan faktor lain.

Pada umumnya, trader menetapkan untuk level oversold biasanya ditetapkan di bawah angka 20 

3. Relative Strength Index (RSI)

RSI adalah garis acuan dalam analisis teknikal yang mengukur pergerakan harga sebagai parameter momentum. Sama seperti Stochastic, RSI juga dapat menggambarkan kondisi overbought dan oversold 

Sumber: www.tradingview.com

Pada indikator RSI, kondisi oversold dan overbought digambarkan melalui rentang angka 30-70.

Ketika nilai suatu saham berada dalam angka kurang dari 30 saat menggunakan indikator RSI, maka kondisi ini dinilai sebagai oversold dan biasanya trader menggunakan momentum ini untuk membeli atau masuk pada sebuah saham.

Namun, trader tetap perlu memerhatikan indikator lain seperti adanya Candlestick yang bullish saat RSI lepas dari posisi oversold sehingga kesalahan dalam melakukan analisa dapat dikurangi.

Terakhir, apabila nilai suatu saham berada pada angka lebih dari 70 saay menggunakan indikator RSI maka kondisi ini merupakan kondisi overbought dan biasanya trader melakukan penjualan atau sell pada saham yang dimilikinya karena dinilai sudah terlalu mahal

4. Moving Average Convergence Divergence (MACD)

MACD adalah sebuah indikator yang melihat hubungan antara Moving Average jangka panjang dan jangka pendek untuk mendeteksi oversold dan overbought pada sebuah saham.

Sumber: www.tradingview.com

Terdapat tiga bagian dalam MACD yang dimana terdiri dari dua garis dan satu histogram. Ketiga bagian tersebut yaitu Signal Line, MACD Line dan MACD Histogram.

Signal Line biasanya dihitung melalui Exponential Moving Average (EMA) dalam rentang waktu sembilan hari. Sedangkan MACD Line biasanya dihitung melalui pengurangan EMA selama 26 hari dan 12 hari. Periode ini dapat diubah bergantung dari preferensi trader

Terakhir, MACD Histogram dihitung melalui pengurangan dari nilai MACD line dengan signal line

Berikut merupakan beberapa indikator yang dapat digunakan dalam melakukan analisis teknikal saham. Masih terdapat beberapa indikator lain yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal seperti Bollinger Band dan Aaron Indicator.

Sebagai seorang trader atau investor tentu analisis teknikal penting untuk dipahami namun diiringi juga dengan pemahaman fundamental

Harapannya, seorang trader atau investor akan mendapatkan keuntungan secara maksimal dengan menggabungkan analisis teknikal saham dan fundamental dalam menganalisa sebuah saham.

Posted in Saham | Leave a comment